Sidak Mendiknas ke Percetakan Soal UN

Setiap tahun, masalah kebocoran soal Ujian Nasional  (UN) selalu menjadi isu utama yang mengotori niat pemerintah mewujudkan penyelenggaraan UN yang bersih. Untuk bersih betul, memang sulit, karena banyak celah yang bisa dimainkan oknum nakal. Bagaimana sebenarnya proses pencetakan soal UN tahun ini?

Pada hari Sabtu (9/4), Mendiknas M Nuh melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke percetakan soal UN di Percetakan Balai Pustaka, Jakarta, Sabtu (9/4).

Berdasarkan informasi yang digali Jawa Pos, sejumlah karyawan sebenarnya sudah mencium agenda sidak Nuh. Hanya saja, dari tindak-tanduk para petugas, tampak mereka sedikit panik.

Pada saat memasuki pintu gedung percetakan, semua rombongan Nuh diperiksa satu persatu dan harus meletakkan segala barang bawaannya dan mengganti sepatu dengan sendal jepit khusus. Petugas pemeriksa di depan pintu ruang percetakan juga tak segan-segan memeriksa sang menteri beserta beberapa staf kemdiknas lainnya.

Saking ketatnya, beberapa awak media yang ikut dalam rombongan Nuh tidak semuanya diperkenankan masuk. Terutama untuk para fotografer dan kameramen. Mereka harus menuju balkon di lantai atas, dan hanya bisa mengambil gambar melalui layar CCTV dan juga jendela kaca yang tertutup rapat.

Bagi beberapa reporter yang diperkenankan masuk ke ruangan percetakan pun juga harus meletakkan barang-barang bawaannya yang dimasukkan ke depan plastik yang sudah disediakan. Barang-barang bawaan yang dimaksud adalah tas, memo, pulpen, kamera pocket, handphone, dan lainnya. “Maaf, kami terpaksa melakukan ini karena sudah prosedur. Kalian diperbolehkan masuk hanya bawa badan saja,” seru seorang petugas keamanan.

Sesampainya di dalam ruangan, Nuh yang mengenakan kemeja batik berwarna cokelat tua tersebut nampak serius melihat setiap sudut di dalam ruangan percetakan. Lalu, ia nampak terkejut ketika melihat banyaknya tumpukan soal-soal UN yang dihancurkan oleh mesin menghancur kertas. “Kenapa ini dihancurkan?” sergah Nuh.

Petugas pengawas percetakan, Aris Pandong lantas memberikan penjelasan. Dikatakan, tumpukan kertas soal tersebut adalah soal-soal yang salah cetak, kualitas warnanya buruk dan juga kertas soal yang berlebih. “Kita ketika mencetak soal ini, kualitas warnanya harus disetel terlebih dahulu sampai kita mendapatkan hasil cetak dengan kualitas warna yang bagus. Nah, yang tidak bagus kita langsung hancurkan dengan mesin khusus,” jelas Aris.

Nuh semakin penasaran dan ingin melihat di mana tempat penghancuran kertas tersebut. Lantas, Nuh dan juga beberapa staff Kemdiknas serta beberapa reporter diajak masuk ke dalam ruang penghancuran kertas tersebut. Di dalam ruang penghancuran kertas itu tak berbeda seperti layaknya ruang sampah, namun bedanya jenis sampahnya hanya sampah kertas berwarna putih.

Suasana ruang penghancuran kertas itu pun dikelilingi kabut debu kertas yang sangat tebal. Sehingga, beberapa rombongan dari kami tak tahan untuk segera keluar dari ruangan tersebut, karena membuat napas sesak. Ya, seharusnya kami memang menggunakan masker khusus. Akan tetapi pada saat itu, kami langsung masuk dan tidak menggunakan masker karena kita tidak menyangka jika di dalam ruangan sampah kertas itu begitu buruk.

Soal UN yang dibagi ke dalam lima tipe soal tersebut, dipisahkan masing-masing empat lembar. Sehingga, jika semua soal tersebut digabungkan berjumlah 20 lembar soal yang dimasukkan ke dalam plastik khusus dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam amplop cokelat bersegel. “Plastik yang gunakan adalah plastik khusus. Plastik ini sulit disobek. Sehingga, kalau ada yang berusaha untuk membongkar plastiknya pasti akan terlihat tandanya,” jelas Aris.

Lalu, untuk pintu ruang penyimpanan soal yang sudah dicetak, juga nampak dikunci dengan gembok yang dibalut dengan plester atau solasi. Bagi siapa yang ingin masuk ke ruangan tersebut, harus tanda tangan dan mengunci serta meyolasi kembali gembok tersebut. Menariknya, bahkan soal yang salah cetak dan lembar soal yang berlebih, segera dihancurkan yang kemudian masuk dalam alat peleburan.

Selepas keluar dari ruang penghancuran kertas atau naskah UN, Nuh kembali berkeliling ruangan percetakan sembari memperhatikan beberapa karyawan yang sibuk memasukkan soal-soal UN yang sudah jadi ke dalam plastik dan amplop bersegel. “Kira-kira kapan ini semua mulai didistribusikan?,” tanya Nuh kepada pengawas. Salah seorang pengawas menjawab bahwa soal UN akan sampai di rayon pada H-1 sebelum pelaksanaan UN berlangsung. “Namun, untuk wilayah di Kepulauan Seribu, kami akan mulai mengirim pada H-2 karena jaraknya yang jauh,” tukasnya.

Proses pencetakan soal ujian nasional (UN) untuk jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat telah selesai. Untuk saat ini sudah memasuki fase pengemasan atau packaging. “Sekarang sudah selesai dan sudah memasuki fase packaging. Sedangkan untuk soal UN jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih belum selesai. Lagi pula pelaksanaannya kan seminggu setelah pelaksanaan UN SMA,” terang Nuh.

Nuh juga sempat berceletuk kepada awak media yang ada di dalam ruangan percetakan tersebut. “Sekarang fasenya kan packaging. Mengapa saya berani mengajak kalian ke percetakan sekarang? Karena proses pencetakan soal sudah selesai. Kalau dalam proses pencetakan kita berkunjung ke sini itu menjadi bagian yang harus diwaspadai,” jelasnya.

Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga menegaskan, pihaknya akan selalu mengawal di saat proses pendistribusian soal UN dari percetakan hingga ke rayon. Selain itu, dirinya juga mengimbau agar masyarakat jangnlah berpikiran negatif bahwa titik rawan kebocoran diartikan sebagai titik yang pasti terjadi kebocoran soal UN.

“Rawan itu bukan berarti pasti bocor. Tetapi, rawan itu memang berpotensi untuk terjadi kebocoran. Tapi saya selalu bilang sama kawan-kawan justru dari potensi-potensi itulah yang harus kita cermati. Kan titiknya kan percetakan, distribusi, rayon. Selain itu, kalau katanya ada Kepsek yang ditekan oleh Kadisdiknya, saya kira bukan jamannya,” paparnya.

Sebelum mengakhiri sidak, kepada wartawan Nuh mengimbau kepada seluruh orang tua siswa atau peserta UN untuk tidak mudah tergoda dengan adanya tawaran bocoran soal UN.

“Masyarakat khususnya orang tua harus yakin bahwa jangan sampai terjebak pada spekulasi-spekulasi yang menyatakan soal ujian itu bocor. Bahkan, saya juga menerima sms yang berbunyi “Pak ini ada tawaran soal. Kalau jawaban benar 25 persen, harganya sekian juta, kalau benar 50 persen sekian juta”,” ungkap Mendiknas.


sumber: http://ujiannasional.org/

Sudah Baca Artikel Dibawah ini?

--------------------------------------------------------------------------------

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
Powered by Blogger