RSBI, KONSEP KONYOL PENDIDIKAN KITA

JAKARTA, KOMPAS.com — Kontroversi mengenai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan satu dari sekian banyak masalah pendidikan yang belum terselesaikan dan masih menjadi bahan perbincangan hangat di berbagai kalangan pendidikan. RSBI merupakan sekolah nasional yang menyiapkan peserta didik berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia berkualitas internasional dan lulusannya diharapkan berdaya saing internasional.

Sekolah nasional tidak berkembang, ya karena itu. Kita yakini, sekolah nasional bagus, lalu kenapa diinternasionalisasikan, itu konyol sekali.
– E Baskoro
“Saya tidak setuju sekali dengan RSBI, hapuskan saja. Masyarakat seharusnya secara tegas menolak Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan,” ujar Ketua Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Suparman di acara diskusi “Memerangi Keterbelakangan Pendidikan Indonesia”, Rabu (25/8/2010) di Jakarta.
Adanya RSBI telah menimbulkan diskriminasi dan komersialisasi pendidikan nasional. Hal ini harus dicermati pemerintah karena akan menjadi “bom waktu” yang bisa merusak pendidikan di Indonesia di masa yang akan datang. Perbaikan kebijakan pendidikan mengenai RSBI mau tak mau dimulai dari sekarang.
“Sebaiknya dihapuskan saja dan dana RSBI itu diberikan kepada sekolah-sekolah yang memang membutuhkan dana,” tambah Suparman.
Hal senada juga diungkapkan oleh E Baskoro Poedjinoegroho selaku Pembina Kolese Kanisius. Dengan tegas Baskoro menyatakan, RSBI harus dihapus. Dia mengatakan, selama siswa bersekolah di Indonesia adalah sekolah nasional.
“Sekolah nasional tidak berkembang, ya karena itu. Kita yakini, sekolah nasional bagus, lalu kenapa sekolah nasional diinternasionalisasikan, itu konyol sekali,” lanjut Baskoro.
Baskoro mengungkapkan, metode, sistem, dan konten pendidikan harus bersifat nasional, kecuali jika ingin mempersiapkan anak didik ke perguruan tinggi, barulah anak didik menggunakan kurikulum internasional.
“Nyatanya mereka kuliah di Indonesia juga kok,” ucap Baskoro.
Jika ingin jujur, Baskoro melanjutkan, guru-guru di Indonesia pun tidak siap dengan konsep RSBI. Karena diinternasionalisasikan, guru hanya menerjemahkan semua pelajaran yang diajarkannya dengan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
“Tetapi di sisi lain, mindset mereka masih menggunakan pemikiran nasional, bukan internasional,” seloroh Baskoro.

Sudah Baca Artikel Dibawah ini?

--------------------------------------------------------------------------------

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
Powered by Blogger